Penggunaan gas air mata jelas tak diperbolehkan oleh FIFA.
Tapi, kenapa tetap dipakai? Apakah PSSI tidak mengerti prosedur pengamanan sepak bola sesuai regulasi FIFA?
Maka, tak heran kemudian tersingkirnya Nugroho Setiawan mulai diperbincangkan.
Dalam wawancara dengan ABC News, Nugroho Setiawan mengaku sangat menyesal atas terjadinya Tragedi Kanjuruhan.
"Saya menyesali sekali hal tersebut terjadi, karena sebenarnya semua itu bisa dikalkulasi dan diprediksi, kemudian dimitigasi," kata Nugroho Setiawan.
BACA JUGA:Video Viral Detik-detik Tragedi Stadion Kanjuruhan Sebelum Gas Air Mata Ditembakkan!
"Ada satu mekanisme yang secara umum di manajemen adalah risk management untuk membuat suatu mitigation plan," lanjutnya.
Tentang apa yang seharusnya diantisipasi dan dikalkukasi, menurut Nugroho Setiawan setidaknya ada tiga hal.
"Saya bicara ini secara normatif, karena saya tidak ada di lokasi saat itu. Faktor penyebab itu bisa banyak hal," katanya.
"Yang pertama ada tiga poin dalam penyelenggaraan pertandingan. Poin kesatu adalah kesamaan persepsi pengamanan di antara semua stakeholder. Yang kedua adalah kondisi infrastruktur. Ini harus dilakukan assesment. Yang ketiga adalah supporter behavour itu sendiri yang harus kita engineering," jelasnya.
Ketiga aspek ini, katanya, harus tersinkronisasi.
BACA JUGA:Tragedi Kanjuruhan: Keluar Sendirian, Ayah Ibunya Tak Selamat, Alfiansyah Jadi Yatim Piatu