GRIDVIDEO.ID - Sebuah pernyataan mengejutkan dari pemerintah Rusia yang disebut-sebut bisa picu perang dunia ketiga jadi sorotan baru-baru ini.
Bagaimana tidak? secara terang-terangan pemerintah Rusia melalui Kementerian Pertahanan menyebutkan telah menghancurkan senjata canggih buatan Amerika Serikat (AS).
Secara bangga pemerintah Rusia mengumumkan setidaknya ada 4 senjata canggih buatan AS yang mereka hancurkan baru-baru ini.
Senjata canggih tersebut berupa roketHigh Mobility Artillery Rocket System (HIMARS) yang bakal digunakan Ukraina.
Baca Juga: Roy Suryo Jadi Tersangka di Kasus Meme Stupa, Polisi Beri Keterangan
Kejadian penghancuran HIMARS buatan AS oleh Rusia tersebut dilakukan oleh Kremlin pada kurun 5 - 20 Juli ini.
"Empat peluncur dan satu kendaraan pengangkut untuk sistem peluncuran roket ganda buatan AS hancur," kata kementerian itu dalam briefing harian, dikutip dari Tribunnews.com.
Namun sampai saat ini, penghancuran 4 HIMARS oleh militer Rusia tersebut belum ditanggapi oleh Kyiv.
Melansir dari Kompas.com. HIMARS atau MLRS merupakan unit bergerak yang dapat secara bersamaan meluncurkan beberapa rudal berpemandu presisi.
Tak hanya itu saja, sistem M142 HIMARS adalah versi roda-mount yang dimodernisasi.
Selain memiliki sistem yang lebih ringan, ternyata sistem ini juga lebih gesit dari M270 MLRS yang dipasang di trek yang dikembangkan pada tahun 1970-an untuk pasukan AS dan sekutu.
Diketahui HIMARS saat ini dipasok ke Ukraina untuk menghadapi perang melawan Rusia.
Hal itu lantaran HIMARS memiliki jangkauan sekitar 80 kilometer, sehingga cocok digunakan militer Ukraina untuk menghadapi Rusia.
Unit Himars membawa satu pod berisi enam peluru kendali 227mm (M270 membawa dua pod), atau satu pod besar yang dimuat dengan rudal taktis Army Tactical Missile System (ATACMS).
Dengan kru kecil, HIMARS dapat mengeluarkan pod bekas dan memuat yang baru dalam hitungan menit, tanpa bantuan kendaraan lain.
Selain Ukraina, sejumlah negara di Eropa diketahui juga telah menggunakan HIMARS sebagai senjata militer mereka.
Sebut saja NATO Polandia dan Rumania yang ternyata telah menggunakan sistem ini.
(*)