Aparat keamanan kemudian menghalau mereka dengan menembakkan gas air mata.
Bahkan, lontaran gas air mata juga mengarah ke tribun, padahal di sana tidak ada kericuhan.
Akibatnya, banyak penonton yang panik dan kesakitan karena gas air mata, kemudian berusaha meninggalkan stadion.
BACA JUGA: Perwakilan Aremania Mohon Maaf Kepada Seluruh Masyarakat Indonesia, Buntut Pernyataan Kontroversial
Menurut Nugroho Setiawan, saat kerusuhan terjadi, Pintu 13 dalam keadaan terbuka, tetapi hanya sebagian.
Pintu itu memang seharusnya digunakan untuk masuk ke stadion, bukan untuk keluar.
Di sinilah maut itu terjadi. Banyak penonton yang pingsan dan meninggal dunia.
"Situasinya adalah orang itu berebut keluar, sementara sebagian sudah jatuh pingsan, terhimpit, terinjak karena efek dari gas air mata," jelas Nugroho Setiawan.
"Jadi miris sekali saya melihat detik-detik beberapa penonton yang tertumpuk dan meregang nyawa terekam sekali di CCTV," kata Nugroho.
PINTU MAUT
Pintu 13 di Stadion Kanjuruhan dianggap pintu maut dan paling disorot, karena di situ paling banyak memakan korban.
Anggota Aremania, Dimas Bayu yang selamat dari Tragedi Kanjuruhan menjelaskan, Pintu 13 menjadi tempat paling mengerikan setelah aparat keamanan menembakkan gas air mata.