Meski namanya hampir serupa dengan merek ponsel asal China, secara kepemilikan, perusahaan penyalur BBM ini sejatinya masih terafiliasi dengan Vitol Group, raksasa minyak yang berbasis di Swiss.
Mengutip dari laman resmi Vitol Grup, Perusahaan ini awalnya berdiri di Rotterdam pada 1966.
Selain berhasil mengembangkan jaringan SPBU di negara asalnya, Vitol Grup juga membuka peluang disejumlah negara seperti Singapura, Inggris, Australia dan beberapa negara di Afrika.
Vitol Group bisa dibilang merupakan salah satu perusahaan penyalur BBM terbesar secara global.
Pada tahun 2021 lalu, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 279 miliar dollar AS.
Dengan jaringan di lebih dari 40 negara, di tahun 2020, perusahaan multinasional ini memperdagangkan 367 juta ton minyak mentah dan produk turunannya.
Selain bermain di hilir dengan menjual BBM secara langsung melalui jaringan SPBU-nya, Vitol Group juga merambah sektor hulu dengan ikut mengebor minyak di Afrika dengan produksi sekitar 55.000 barel per hari.
Baca Juga: Perbandingan Harga BBM Shell, Vivo, Pertamina, dan BP per September 2022
Sementara di Indonesia sendiri, perusahaan ini berkantor di Gama Tower, Jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta.
Guna mendukung operasionalnya, Vivo juga memiliki unit kilang mini dan tangki BBM di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Perusahaan ini berekspansi dengan membangun bisnis SPBU Vivo yang secara langsung berkompetisi dengan Pertamina maupun SPBU lain milik swasta yang sudah lebih dulu eksis seperti Shell, AKR, dan BP.