GRIDVIDEO - Ekskalasi perang Rusia vs Ukraina disebut-sebut meluas hingga mengancam pecahnya perang Eropa.
Meluasnya eskalasi perang Rusia vs Ukraina dituding karena serangan ke sejumlah ke sejumlah negara.
Sejumlah infrastruktur kritis di beberapa negara seperti Prancis dan Denmark diserang baru-baru ini.
Lebih lanjut, serangan pada infrastruktur penting di sejumlah negara di Eropa ini memiliki ciri khas operasi militer yang sama.
Kecurigaan pun ditudingkan pada pihak intelijen Rusia atas terjadinya serangan atau sabotase terhadap sejumlah infrastruktur penting di negara-negara Eropa Barat.
Ahli militer menyebutkan, sabotase yang ditudingkan pada Rusia itu karena dua peristiwa merugikan dialami Kremlin.
Di tengah perang Rusia vs Ukraina pada September lalu, terjadi ledakan di Laut Baltik yang berasal dari pipa gas Nord Stream Rusia.
Dalam insiden meledaknya pipa gas Nord Stream itu, Rusia menyalahkan Inggris karena dianggap melakukan sabotase.
Saling tuding pun dilakukan oleh kedua negara meski tanpa ada bukti yang jelas.
Sebulan kemudian saat perang Rusia vs Ukraina makin memanas, kembali terjadi ledakan di jembatan Selat Kerch, Krimea.
Jembatan ini diketahui sangat penting bagi mobilitas militer Rusia.
Oleh karena insiden tersebut, Rusia menuding intelijen Jerman sebagai dalangnya.
Dilansir dari Al Jazeera, Rabu (18/1/2023) Menteri Transportasi Jerman, Volker Wissing mengutuk atas insiden pengeboman jembatan tersebut.
"Jelas bahwa ini adalah tindakan yang ditargetkan dan jahat," sebut Volker Wissing.
Serangan balasan Rusia pada negara Barat
Dua hari usai insiden ledakan di jembatan Selat Kerch terjadi pemadaman listrik karena pasokan di Denmark.
Sementara itu pada 19 Oktober 2022, Prancis menjadi negara berikutnya yang diduga alami sabotase.
Sabotase usai kabel internet diputus di selatan Prancis karena pemutusan kabel secara sengaja.
Sebelumnya masih banyak serangan terselubung yang dialami sejumlah negara di Eropa yang dilakukan dengan strategi yang sama.
Satuan Rahasia 29155 Rusia
Kecurigaan dituduhkan pada Rusia yang disebut-sebut dibalas oleh salah satu pasukan rahasia Kremlin bernama Unit 29155 yang merupakan cabang Staf Utama Angkatan Bersaenjata luar negeri.
“Dari semua catatan yang tersedia, Unit 29155 telah ada setidaknya sejak 2009. Terdiri dari sejumlah kecil personel, mungkin sekitar 200, dengan tambahan 20-40 petugas operasi,” kata Joseph Fitsanakis, profesor studi intelijen dan keamanan di Universitas Carolina Pesisir.
Unit rahasia ini disebut-sebut berasal dari jaringan agen Soviet yang masih dipakai oleh Vladimir Putin.
Sementara itu, pembelot Rusia mengatakan bahwa Vladimir Putin juga menghidupkan jaringan agen rahasia sejak tahun 2000-an.
“Mengingat misinya, dan catatan kuat aktivitasnya menjelang perang Ukraina, tidak ada keraguan bahwa Unit 29155 sangat terlibat dalam operasi hibrida Rusia hari ini,” kata Fitsanakis.
“Beberapa contoh sabotase yang menargetkan jaringan utilitas dan transportasi Barat di Polandia, Skandinavia, Prancis, dan Jerman memiliki ciri khas operasi Unit 29155,” tambahnya.
Menurut analis militer, Arthur PB Laudrain menyebutkan bahwa profesionalisme sabotase yang terjadi di sejumlah negara di Eropa memiliki kesamaan.
“Dalam serangan April, Anda harus mencapai beberapa titik akses di sepanjang jalur rel atau jalan raya. Para pelaku tahu apa yang mereka lakukan untuk memaksimalkan kerusakan dan mereka tidak hanya memotong titik-titik tertentu tetapi juga melepaskan bagian kabel, yang membuatnya lebih sulit untuk diperbaiki, ”kata Laudrain.
Oleh karena itu meski tidak ada bukti, Arthur menyebut tak salah blla negara-negara itu menuduh Rusia.
“Moskow telah menargetkan elemen fisik internet, mulai dari kumpulan server hingga karyawan perusahaan yang membuat keputusan keamanan data dan moderasi konten, untuk menggunakan kontrol atas internet di rumah dan di [wilayah] sekitar selama beberapa dekade terakhir, kata pendiri firma penasehat Global Cyber Strategies dan nonresident fellow di Atlantic Council, Justin Sherman."
“Secara internasional, dalam beberapa tahun terakhir, NATO dan kelompok lain telah menyuarakan keprihatinan tentang peningkatan aktivitas militer Rusia di dekat kabel bawah laut juga,” katanya dikutip dari Al Jazeera.
Serangan balasan Eropa
Setahun lalu, kepala staf pertahanan Inggris, Tony Radakin mengungkap peningkatan aktivitas kapal selam Rusia.
Polisi Swedia pada (22/11) menangkap tersangka mata-mata Unit 29155 Elena Kulkova dan Sergey Skvortsov di Stockholm dan menuduh mereka melakukan spionase.
Mereka ternyata adalah pasangan dari Rusia yang tinggal di Swedia sejak 1997.
Bellingcat menemukan bahwa alamat terdaftar Moskow Skvortsov dan Kulkova juga merupakan rumah bagi banyak agen intelijen.
Di antara mereka adalah Jenderal Andrey Averyanov, kepala Unit 29155, dan Mayor Jenderal Denis Sergeev, agen Unit 29155 yang diyakini mendalangi peracunan mantan mata-mata Sergei Skripal dan putrinya di kota Salisbury, Inggris.
Skvortsov adalah direktur eksekutif sebuah perusahaan yang dimiliki oleh agen intelijen militer yang mengaku dirinya, Vladimir Kulemekov.
(*)
Baca Juga: Perang Rusia vs Ukraina Bakal Jadi Perang Nuklir di Tahun 2023?
Baca Juga: Akhir Perang Rusia vs Ukraina Telah Diramalkan? Ada Senjata Biologis Dan Perang Dunia III