"Saya akhirnya bicara ke person-lah. Bagaimana seorang Karo Paminal dengan gaya hidup seperti itu," kata Arteria.
"Ini kan kasatmata, Pak. Kita enggak bisa ngomongin person akhirnya saya ngomong person lah. Set, masuk, mobilnya apa, taruh (mobil) lagi, taruh (mobil) lagi. Ini sudah di luar daripada (kemampuan) seorang karo, Pak, di Mabes Polri," tuturnya.
Arteria lantas mengutip pernyataan yang pernah disampaikan Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto yang menyebut bahwa "di tubuh Polri orang baik cenderung stress, dan orang yang tadinya bertindak benar, bisa berubah menjadi tidak benar."
"Orang yang antik malah dapat privilese," ujar Arteria.
Tak sampai di situ saja, dalam kesempatan tersebut Arteria meminta kejanggalan-kejanggalan ini dijelaskan oleh Kompolnas.
Dia juga mendorong Kompolnas betul-betul melaksanakan tugas sebagai pemantau Polri.
"Apa yang dilakukan Kompolnas? Apa yang dilakukan Pak Benny Mamoto? Apalagi di situ (Kompolnas) kan ada yang namanya Pak Tito (Tito Karnavian, Menteri Dalam Negeri)," ucap Arteria. "Kami minta betul ini dijelaskan," lanjut dia.
Nama Brigjen Hendra Kurniawan jadi sorotan bermula saat dirinya mendapat tugas mengantar jenazah Brigadir J ke rumah duka.
Baca Juga: Soal Isu Hubungan Asmara Brigadir J dengan Putri Candrawathi, Kamaruddin Ungkap Kedekatan Keduanya
Namun dalam pelaksanaannya, mantan Karo Paminal Mabes Polri ini disebut-sebut tak menghormati keluarga Brigadir J yang tengah berduga.
Bahkan Brigjen Hendra Kurniawan disebut tak memperbolehkan keluarga membuka peti mati Brigadir J.