GRIDVIDEO - Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan jika di dalam tubuh Polri terdapat kerjaan besar milik Ferdy Sambo sehingga institusi tersebut membutuhkan pembenahan.
Hal ini diketahui oleh Mahfud MD setelah Kapolri sempat kesulitan dalam mengungkap kasus kematian Brigadir J.
"Kasus Sambo ini disembunyikan dari Kapolri oleh orang-orang Sambo, sehingga Kapolri agak lambat," ujar Mahfud MD.
Selain kasus Brigadir J, Kapolri juga kesulitan mengusut kasus yang berhubungan dengan personel Polri.
Dia menemukan adanya kelompok-kelompok yang punya kekuasaan yang ditakuti oleh kelompok lain di dalam tubuh Polri.
"Kenapa Kapolri itu tidak selalu mudah menyelesaikan masalah? Padahal secara formal ini menguasai, tapi ada kelompok-kelompok yang menghalangi. Termasuk kasus ini (tewasnya Brigadir J) kan," tutur Mahfud.
Melihat kondisi ini, Mahfud mengatakan perlu adanya pembenahan di tubuh Polri.
"Itu menunjukkan perlu ada pembenahan Polri itu sebagai kesatuan sebagai institusi pemerintah," ucap Mahfud.
Terkait dengan kerajaan Sambo di dalam Polri, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso juga ikut membuka suara.
Dia menegaskan jika kelompok Sambo ini akan melakukan segala cara untuk menutupi kasus-kasus yang berhubungan dengan anggota mereka termasuk pembunuhan Brigadir J.
"Geng mafia yang diketuai Ferdy Sambo menutup kasus kejahatan dengan kejahatan lain, dengan suap, rekayasa kasus, narasi bohong dengan intimidasi bahkan dengan perlawanan legal," ujar Sugeng.
Sugeng juga menyoroti adanya 62 polisi yang terseret dalam pusara rencana pembunuhan Brigadir J oleh Sambo.
Dia mengatakan, 62 polisi ini secara sadar suka rela kariernya terjun ke dalam jurang.
"Ada 62 polisi yang diperiksa 35 terduga pelanggar kode etik dan empat menjadi tersangka. Ini sesuatu yang mebelalakan mata, bahwa ada 62 polisi yang sadar sukarela terjun ke dalam jurang kegagalan dalam kariernya," kata Sugeng.