Ternyata banyak upaya untuk menghabisi nyawanya tak membuat Hayha terancam, bahkan Hayha semakin menjadi-jadi.
Namun suatu ketika, sebuah peluru artileri mendarat di dekat lokasi menembaknya hingga membuat bagian belakang mantel besar yang digunakan Hayha hancur hingga membuat goresan kecil di punggungnya.
Kejadian yang hampir merenggut nyawanya itu ternyata tidak membuat Hayha takut sedikit pun.
Selama betugas sebagai penembak jitu bahkan Hayha sampai mampu mengembangkan teknik-teknik cerdas, seperti menuangkan air ke salju di depannya agar semburan moncongnya tidak mengekspos lokasinya dengan mengganggu cahaya salju.
Selain itu, karena pengalamannya bergerak di barisan depan membuat Hayha juga ahli dalam memanfaatkan suara, asap serta tembakan artileri untuk mengelabuhi pergerakannya.
Sementara itu untuk mengetahui arah di medan perang, Hayha hanya mengandalkan ingatannya karena langkanya peta pada masa itu.
Hayha juga diketahui sangat detail dalam mempersiapkan diri sebelum melakukan eksekusi penembakan pada pasukan lawan, hal itu ia lakukan pada malam hari.
Hayha semakin mahir dengan persiapan yang ekstensif untuk menembak.
Sebagai penembak jitu dan sangat mengandalkan senjatanya, Hayha dikenal sebagai prajurit yang sangat perhatian terhadap senjatanya salah satunya ia sering membersikan snipernya sebelum dan sesudah misi.
Sementara itu, senjata yang selalu menemani Hayha dalam menjalankan tugas sebagai sniper adalah M/28-30 yang telah ia miliki sebelum pecah perang.
Padahal senjata sniper yang dimiliki Hayha tersebut tak memiliki teleskopik tetapi tetap berbahaya bila telah di tangannya.