Dilansir dari Tribunnews.com, gempa mengguncang wilayah Tanimbar dengan magnitudo 7,5 dan berpusat di laut Banda pada kedalaman 130 kilometer.
Selain itu, gempa berkekuatan tinggi itu merupakan jenis fempa thrusting atau biasa disebut sebagai patahan naik dari subduksi laut Banda.
“Dari model jenis gempa tersebut akan menyebabkan kenaikan atau uplift dan juga bisa menyebabkan penurunan atau subsidens di sisi yang lain," jelasnya.
Kejadian serupa juga pernah terjadi di Lombak saat diguncang gempa yang membuat dataran Pulau Lombok naik.
Dilihat dari indikasi Peta Satelit, menunjukkan adanya kenaikan dari permukaannya sebesar 25 sentimeter.
“Jadi fenomena ini bisa terjadi pasca-gempa bumi yang menyebabkan deformasi regional,” katanya.
Namun demikian untuk kemunculan pulau baru di Tanimbar akibat gempa, Herfein mengungkap tidak akan menyebabkan bahaya ikutan (collateral hazard) seperti longsoran skala masif, gerakan tanah disertai likuifaksi, atau tsunami.
Meski demikian, Herfien menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari BPBD atau BMKG setempat.
“Kami mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan dari BPBD atau BMKG setempat. Jangan terpancing isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami," pungkasnya.
(*)
Baca Juga: Bukan Erupsi Gunung Semeru, Ini Sebab Jepang Ketakutan Akan Tsunami!
Baca Juga: Erupsi Gunung Semeru Ancam Lenyapkan Pangkalan Militer AS di Okinawa