GRIDVIDEO - Ancaman meningkatnya penggunaan rudal nuklir di kawasan Asia Timur dari militer Korea Utara dan China membuat Jepang waspada.
Bahkan baru-baru ini, Pemerintah Jepang langsung mengambil tindakan yang disebut lebih besar dari Perang Dunia II silam.
Perang dingin kini memang tengah terjadi di kawasan Asia Pasifik yang melibatkan sejumlah negara.
Konflik yang terjadi antara China dan Taiwan, hingga Korea Utara dan AS serta Korea Selatan sebagai contoh.
Oleh kondisi tersebut kini tengah mengupayakan peningkatan sistem pertahanan di negaranya.
Baca Juga: Bentrok Pakai Pentungan, Ini Sebab Perjanjian Perang China vs India!
Tak tanggung-tanggung, Jepang sampai menganggarkan biaya sebesar Rp 4,9 triliun.
Anggaran untuk pertahanan tersebut merupakan yang terbesar dilakukan Jepang sejak Perang Dunia II.
Kabarnya Jepang berencana memboyong lusinan rudal yang mampu meluluhlantakan musuh.
Persiapan militer yang dilakukan oleh Jepang tersebut dimaksudkan untuk menhadapi gertakan militer China dan Korea Utara terkait uji coba nuklir.
"Langkah-langkah baru tersebut mencakup ketentuan yang akan memungkinkan Jepang untuk memiliki 'kemampuan serangan balik' serta kemampuan untuk secara langsung menyerang wilayah negara lain dalam keadaan darurat dan dalam keadaan tertentu," kata Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida.
Baca Juga: 20 Kali Kecepatan Suara, Rudal Hipersonik ARRW Diklaim Jadi Senjata Militer Terhebat!
Sebelumnya pemerintah Jepang telah menyetujui tiga dokumen keamanan yang terdiri dari Strategi Keamanan Nasional (NSS), Strategi Pertahanan Nasional, dan Rencana Pengembangan Angkatan Pertahanan.
Salah satu upaya Jepang meningkatkan kekuatan militernya kali ini tak lain adalah menyiapkan rudal nuklir.
Selain itu juga, dengan anggaran besar tersebut Jepang berupaya meningkatkan sektor militer lainnya yang berkaitan dengan pertahanan.
“Ini merupakan arah baru bagi Jepang. Jika dilaksanakan dengan tepat, Pasukan Bela Diri akan menjadi kekuatan nyata kelas dunia yang efektif,” kata Yoji Koda.
Sebagai informasi, Yoji merupakan mantan laksamana Pasukan Bela Diri Maritim, yang memimpin armada Jepang sejak tahun 2008.
Sekutu Jepang, Amerika Serikat pun mendukung keputusan Negeri Sakura untuk meningkatkan kekuatan militer mereka.
Bahkan AS dikabarkan ikut mengoperasikan beberapa instalasi militer terbesar di Jepang, termasuk Pangkalan Angkatan Laut Yokosuka.
"Kami mendukung keputusan Jepang untuk memperoleh kemampuan baru yang memperkuat pencegahan regional, termasuk kemampuan serangan balik," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dikutip dari Reuters.
(*)
Baca Juga: Perang Nuklir di Depan Mata, Korea Selatan Bentuk Pasukan Luar Angkasa