Baca Juga: Kim Jong Un Buat Senjata Militer Terkuat di Dunia Dengan Nuklir
Kala itu, saat Perang Dunia II, tentara Jerman memulai penggunaan rudal untuk menyerang lawan.
Rudal sendiri dikembangkan oleh peneliti asal Jerman, Herman Oberth pada tahun 1923 menggunakan teori astronautica.
Saat itu, rudal awalnya akan digunakan untuk peluncuran roket luar angkasa yang membutuhkan bahan bakar padat sebagai kekuatan pendorongnya.
Hingga akhirnya, ditemukannya bahan bakar cair yang lebih banyak memiliki keuntungan sebagai penghasil tenaga dorongan untuk roket.
Kini bahan bahar tersebut dikembangkan untuk roket motor.
Baca Juga: Fakta-fakta Hwasong-17, Monster Korea Utara yang Bisa Memicu Perang Dunia
Namun siapa sangka, usai Perang Dunia II berakhir pengembangan rudal justru dilakukan oleh dua negara adikuasa, AS dan Rusia.
Sebagai informasi, sebenarnya rudal hanya digunakan pada saat kondisi kritis saja.
Pengembangan terkait rudal sampai saat ini justru dianggap makin membahayakan karena bisa memicu kehancuran besar.
Salah satunya saat sejumlah negara dengan kekuatan militer besar mengembangkan rudal nuklir atau rudal balistik antarbenua (ICBM).
Penggunaan nuklir dalam pengembangan rudal dianggap sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi.