"Kita tidak harus melakukan itu selama lebih dari 30 tahun. Ini tidak lagi teoretis," papar dia.
"Rusia dan China dapat meningkat ke tingkat kekerasan apa pun yang mereka pilih dalam domain apa pun dengan instrumen kekuasaan apa pun di seluruh dunia."
"Kita hanya sudah lama tidak menghadapi pesaing dan lawan seperti itu," ujar dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, diketahui kini Rusia memang tengah menuding AS menjadi dalang berkembangnya konflik antara Moskow dan Ukraina.
Bahkan peningkatan komitmen senjata militer antara Ukraina dan AS disebut-sebut menjadi pemicu utama kemarahan Rusia.
Tak sampai di situ saja, kini Rusia disebut-sebut tengah dalam situasi siap untuk meluncurkan serangan nuklir bila ada ancaman pada negaranya.
Seperti halnya pernyataan Rusia bahwa Moskow dalam sikap siap mempertahankan diri dari serangan yang terjadi dari luar negara mereka.
“Kremlin akan tanpa ragu menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi Rusia dan rakyat kami, jika wilayah Rusia terancam.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sempat membongkar terkait perang AS terhadap konflik Moskow dengan Kyiv.
“AS terhuyung-huyung di ambang menjadi pihak langsung dalam konflik Ukraina, dengan Washington mempertaruhkan tabrakan langsung antara kekuatan nuklir.”