Konflik Amerika Vs China Soal Chip, Perang Baru yang Memanaskan Dunia

Selasa, 10 Januari 2023 | 15:53

GRIDVIDEO - China dan Amerika Serikat sudah berperang di medan semikonduktur dan akan terus memanaskan dunia, bahkan bisa memengaruhi konflik fisik dengan melibatkan senjata.

Amarika dan China paling menonjil terlibat konflik di bidang semikonduktur atau chip yang dijuluki sebagai "minyak baru" atau the new oil.

Ini karena semikonduktur atau chip menjadi komponen inti manufaktur elektronik maupun digital bahkan persenjataan.

Chip menjadi bahan penting dan menentukan dalam banyak hal di era modern ini.

BACA JUGA:China Fokus Latih Serangan Laut dan Darat di Dekat Taiwan

Sehingga, penguasaan atas industri dan perdagangan chip menjadi kunci untuk menguasai dunia.

Wajar, Amerika dan China terus bersitegang di bidang ini.

Amerika semakin meradang, setelah perkembangan industri China semakin membesar.

Sejauh ini, Amerika, China, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang merupakan produsen chip terbesar di dunia.

Memanas

Upaya untuk mencari jalan damai persaingan chip antara Amerika dan China sempat mengemuka di pertemuan G20 di Bali, November 2022.

Namun, yang terjadi, perang chip antara Amerika dan China semakin memanas.

Amerika terus mencari cara untuk mengisolasi produk chip Shina bahkan menekannya.

Gerakan ini sudah memunculkan koalisi, setelah Jepang dan Belanda menyatakan bergabung dengan Amerika.

BACA JUGA: Kapal Induk Tak Buat Militer Australia Ungguli TNI, Ada 60 Faktor!

Pemerintah Joe Biden juga mulai melarang warga Amerika atau warga pemegang green card untuk tidak bekerja pada perusahaan chip China.

Amerika merasa, kemajuan China dalam industri chip mengancam keunggulan militer mereka.

Semakin maju teknologi dan industri semikonduktur China, dikhawatirkan Amerika akan membuat negara itu semakin kuat secara militer, ekonomi, dan politik.

Sejauh ini Amerika masuh menguasai 50 persen ekspor semikonduktur dengan nilai 200 juta dolar AS pada tahun 2020.

BACA JUGA: Viral Kisah TKW Dikurung 7 Tahun Oleh Majikan Tanpa Digaji

Hanya saja, Amerika tergantung kepada Taiwan dalam produksi dan ekspor chip.

Sementara itu, industri semikonduktur China terus berkembang sejak 2015 dan diperkirakan akan mengungguli Taiwan pada tahun 2030.

Bahkan, pada dua tahun terakhir, bisnis semikonduktur China mulai mengalahkan Taiwan.

Itu sebabnya, Amerika terus berusaha menahan laju pertumbuhan industri chip China.

Oktober 2022, Amerika mengumumkan beberapa kontrol dan pengetatan ekspor semikonduktur.

BACA JUGA: Pakai Bubuk Kopi, Ini Cara Ecky Tutupi Bau Mayat Angela Setahun!

Amerika sadar, kekuatan teknologi semikonduktur bisa digunakan untuk super komputer, artificial intelligence, sampai persenjataan militer.

Pejabat dari kesekretariatan Depertamen Perdagangan Amerika Serikat, Alan Estevez kepada BBC.com mengatakan, pihaknya akan melakukan apa pun untuk mencegah penguasaan China pada penggunaan teknologi semikonduktur dalam aplikasi senjata.

"Ancaman lingkungan selalu berubah dan kami memperbarui kebijakan kami untuk memastikan bahwa kami bisa mngatasi tantangan," katanya.

Amerika telah mendata 36 perusahaan semikonduktur China, termasuk perusahaan chip terbesar YMTC, sebagai daftar perusahaan yang harus dikontrol.

Artinya, perusahaan Amerika yang ingin menjual atau bertransaksi dengan 36 perusahaan China tersebut harus memerlukan izin pemerintah Amerika.

BACA JUGA: Pembalasan Israel Dianggap Palestina sebagai Perang Baru

Dan, pemerintah Amerika akan mempersulit perizinan itu.

Tindakan Amerika melakukan kontrol perdagangan dan industri semikonduktor ini dianggap China sebagai "technology terrorism" atau terorisme teknologi.

China pun kemudian mengajukan keluhan kepada organisasi perdagangan dunia (WTO).

China menuduh Amerika telah melakukan pelanggaran dalam kontrol ekspor untuk mempertahankan kepemimpinan mereka dalam sektor ilmu pengetahuan, teknik, dan manufaktur.

China juga menuduh Amerika telah mengancam stabilitas suplai industri global.

Ketegangan di bidang Chip atau semikonduktor ini sudah pasti akan berimbas ke bidang lain.

Panasnya konflik China dengan Amerika dalam geopolitik menyangkut Taiwan dan laut China Selatan, bisa semakin membesar.

Pada akhirnya, perang baru di bidang semikonduktor ini akan terus memanaskan dunia, karena imbasnya bisa ke mana-mana.

Editor : Hery Prasetyo

Baca Lainnya