Sejak 1976, produksi NBO-105 oleh PT Dirgantara Indonesia di bawah lisensi Messerschmitt-Bolkow-Blohwn (MBB) sekarang Airbus Helicopters.
Mensristek BJ Habibie di era Orde Baru berhasil mendapatkan lisensi itu dari MBB pada 1974.
Sehingga, sejak 1976 IPTN mula memproduksi helikopter NBO-105.
Perjuangan BJ Habibie mendapatkan lisensi itu tak mudah.
Sebelumnya, MBB tidak mau memberikan lisensi kepada IPTN.
Atas kredibilitas dan konsep serta proposal BJ Habibie pula, MBB akhirnya memberikan lisensi itu.
Sekadar informasi, BJ Habibie pernah bekerja di MBB pada tahun 1965 sampai 1973,
Setelah mendapat lisensi, helikopter dikirim dari Hamburg, Jerman ke Bandung untuk kemudian dirakit di hanggar IPTN.
Sebenarnya, helikopter itu memiliki kode BO-105, namun setelah IPTN mendapat lisensi dari MBB, maka menambahkan huruf "N" pada kode itu hingga menjadi NBO-105.
Selain itu, IPTN kemudian juga membuat beberapa versi modifikasi BO-105, antara lain NBO-105 CBS dan NBO-105 S dengan rangka lebih panjang.
Tak hanya itu, IPTN juga memproduksi NBO-105 versi militer untuk Korps Penerbangan ANgkatan Darat (Penerbad) guna mendukung Operasi Seroja Timor Timur pada 1975-1978.
Ciri khusus di NBO-105 untuk militer memiliki perangkat radio komunikasi ke pasukan, senapan mesin, serta penambahan lapisan baja di perut sebagai pelindung.