Grid Video - Saksi melaporkan tembakan gas air mata tidak hanya di dalam stadion namun juga di luar stadion saat tragedi Kanjuruhan terjadi.
Menurut penuturan Nico, seorang saksi yang duduk di Gate 8, awalnya ada dua sampai tiga suporter yang turun ke lapangan.
"Awalnya ada dua sampai tiga orang masuk ke lapangan menembus aparat, waktu pemain melingkar, sebenarnya dua orang itu memberikan semangat ke pemain dan memeluk-meluk, sehingga memicu banyak orang untuk turun," ujar Nico.
Namun, suasana kemudian berubah saat ada upaya pemukulan ke salah satu pemain Arema FC, sehingga membuat aparat berupaya untuk mengamankan para pemain ke ruang ganti.
Aparat keamanan merespon hal tersebut dengan sangat represif yang membuat suporter yang lain turun ke lapangan usai tidak terima atas hal tersebut.
"Terus pemain dilarikan ke loker dan ditutup oleh aparat, lalu timbullah kerumunan di tengah lapangan, untuk mengkondisikan itu, aparat memukul mundur suporter untuk kembali ke tribun," ujar Nico.
"Menurut saya dengan cara-cara yang represif ya, dengan memukul-mukul dengan tongkat dan tameng. Kondisi itu memancing teman-teman lain yang tidak terima karena temannya dipukul, akhirnya meluber ke lapangan."
Baca Juga: Rizky Billar Terancam Dijemput Paksa, Penyidik Minta Klarifikasi Mangkir Panggilan Pertama
"Karena tidak terima dengan aparat yang berbuat demikian, akhirnya setelah itu aparat mulai dipukul mundur lagi oleh suporter, gas air mata mulai keluar mas."
"Sembari gas air mata keluar mas, hal itu berlangsung sangat cepat. Gas air mata keluar di tengah lapangan, sebenarnya sudah mulai ke tribun, namun ada juga yang coba menyelamatkan teman-temannya karena ada yang dipukuli saat gas air mata mulai keluar,"
Nico sempat kesulitan untuk mencari pintu untuk meloloskan diri dari area stadion, sampai-sampai dia harus berkeliling karena pintu stadion ada yang tidak terbuka sepenuhnya.
"Setelah itu, tembakan itu membuat suporter panik, pintu Kanjuruhan itu terlalu kecil, masih ada sekat besi-besi itu lo mas, dan itu belum dilepas, sehingga orang harus keluar satu-satu," ujar Nico.