GRIDVIDEO - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengakui jika penyidik sempat merasa takut saat menangani kasus pembunuhan Brigadir J yang melibatkan Ferdy Sambo.
Para penyidik ketakutan jika nantinya harus berhadapan dengan Ferdy Sambo.
Melihat kondisi itu, akhirnya diputuskan jika Ferdy Sambo harus dinonaktifkan.
"Kemudian kami lihat bahwa penyidik pun saat itu sempat takut. Sempat takut karena ada bahasa-bahasa bahwa mereka semua nanti akan berhadapan dengan yang bersangkutan. Sehingga dari situ kami putuskan 25 orang ya pada saat itu, termasuk yang bersangkutan (Ferdy Sambo) untuk kami mutasi demosi dan kami ganti dengan pejabat yang baru," ujar Sigit.
Baru setelah Ferdy Sambo nonaktif, kasus pembunuhan Brigadir J terbongkar pelan-pelan.
"Alhamdulillah begitu kami ganti waktu itu proses mulai berjalan lancar, mulai terbuka. Kemudian kejanggalan-kejanggalan yang pada saat itu kami dapat itu mulai bisa terjawab. Utamanya memang pada saat itu kami mulai/start masalah perkenaan atau pun temuan balistik di TKP yang berbeda dengan apa yang dia sampaikan," tutur Sigit.
Sigit mengakui jika kasus Brigadir J merupakan pukulan bagi Polri yang sedang memperbaiki citra institusi.
Dia menjelaskan pada survei awal, Polri mendapatkan angka 74 persen yang kemudian melaksanakan berbagai program transformasi menuju Polri yang presisi.
Namun begitu ada kasus Sambo, angka turun menjadi 54 persen.
"Makanya begitu ada peristiwa Sambo ini memang dampaknya luar biasa. Angka kami tiba-tiba turun di angka sekitar 54 persen, dan tentunya ini pukulan buat kami," kata Sigit.
Hal itu menjadikan tekat Polri untuk mengungkaptuntas kasus pembunuhan Brigadri J.
"Ini lah yang kemudian menjadi tekat kami untuk betul-betul bisa menuntaskan," ucap Sigit.