Ternyata, praktik ini kemudian semakin ditiru banyak orang.
Obat dari tengkorak manusia masih digunakan di Eropa sampai 1909.
Bahkan, saat itu dokter bisa membuat resep obat dari mumi kepada pasien yang mengalami gangguan neurologis.
Obat dari mumi ini begitu populer karena juga dikonsumsi raja dan dokter mengklaim sebagai mumi dari Firaun.
Sehingga, saat itu racikan mumi menjadi obat yang sangat bergengsi.
Akibat praktik memakan mumi sebagai obat di Eropa itu, sempat terjadi masalah pasokan.
Mumi-mumi itu didatangkan dari Mesir.
Namun, karena mumi semakin langka, kemudian mulai muncul mumi palsu.
Karena mulai takut terhadap barang palsu, praktik kanibalisme demi pengobatan bergeser.
Yang dicari bukan lagi mumi, melainkan darah dan daging orang yang baru saja mati.
Saat itu juga muncul keyakinan, racikan darah dan daging manusia yang baru mati lebih berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.