TGIPF Miris Melihat Tragedi Kanjuruhan Sangat Mengerikan, Ini Kesaksian Nugroho Setiawan

Minggu, 09 Oktober 2022 | 18:40

GRIDVIDEO - Ahli keamanan sepak bola yang dipecat PSSI dan kini menjadi anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan, Nugroho Setiawan, merasa miris dan bersaksi insiden itu sangat mengerikan.

Menurut Nugroho Setiawan, Tragedi Kanjuruhan menunjukkan fakta bahwa Stadion Kanjuruhan tidak layak untuk menggelar pertandingan berisiko tinggi.

"Tadi saya sempat melihat rekaman kejadian (Tragedi Kanjuruhan), khususnya di Pintu 13. Mengerikan sekali," kata Nugroho Setawan dikutip dari YouTube Kemenko Polhukam, Minggu (9/10/2022).

BACA JUGA: Lesatan Peringkat FIFA Indonesia Tertinggi di ASEAN, Melesat 3 Peringkat!

Dalam rekaman kamera CCTV itu, kata Nugroho, terlihat betapa suporter panik dan mencoba menghindari gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian.

Mereka berdesak-desakan mencoba menyelamatkan diri dari serangan gas air mata tersebut.

"Jadi ya situasinya adalah pintu terbuka, tapi sangat kecil. Yang itu seharusnya pintu untuk masuk, tapi terpaksa jadi pintu keluar," jelas Nugroho.

BACA JUGA: Rizky Billar Dipecat dari Jajaran Host D’Academy, KPI Larang Pelaku KDRT Muncul di TV dan Radio

Nugroho Seteiawan merupakan ahli keamanan pertandingan sepak bola (security officer) yang berlisensi FIFA.

Ia dikeluarkan dari PSSI pada tahun 2018.

Menurut Nugroho, dalam rekaman juga terlihat, para penonton berebut keluar dan sebagian ada yang sudah pingsan karena kekurangan oksigen.

"Situasinya orang itu berebut keluar, sementara sebagian sudah jatuh, pingsan, terhimpit, terinjak, karena fek gas air mata," jelas Nugroho.

Ia menambahkan, "Jadi, miris sekali saya melihat detik-detik beberapa penonton yang tertimpa, tertumpuk, dan meregang nyawa. terekam sekali di CCTV."

BACA JUGA: Hikmah yang Didapat Persib Bandung dari Tragedi Kanjuruhan, Keamanan dan Kenyamanan Jadi Fokus

TGIPF juga meneemui dan melihat kondisi korban luka atau yang terpapar gas air mata.

Menurut Nugroho, para anggota TGIPF melihat perubahan trauma akibat efek gas air mata pada diri korban.

"Dari menghitam kemudian memerah dan menurut dokter itu rocevery-nya paling cepat satu bulan," ujarnya.

Nugroho juga menandaskan, "Jadi, efek dari zat yang terkandung di gas air mata sangat luar biasa. Ini juga patut dipertimbangkan untuk crowd control di masa depan."

BACA JUGA: Perwakilan Aremania Mohon Maaf Kepada Seluruh Masyarakat Indonesia, Buntut Pernyataan Kontroversial

Dari temuan sementara yang dihimpun TGIPF, Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur tersebut sebenarnya sudah tak layak untuk menggelar pertandingan berisiko tinggi atau high risk.

Pertandingan Arema FC lawan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) termasuk pertandingan berisiko tinggi.

"Kesimpulan sementara, stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk. Mungkin kalau itu medium atau low risk masih bisa," terang Nugroho Setiawan.

PERHITUNGAN RINCI

Menurut Nugroho, ada perhitungan khusus untuk setiap pertandingan berisiko tinggi.

Panitia harus membuat perhitungan secara rinci dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan terburuk.

"Kita harus membuat kalkulasi yang sangat kongkret, misalnya bagaimana cara mengeluarkan penonton pada saat keadaan darurat," terangnya.

BACA JUGA: Cara mengobati Diabetes dengan Obat Alami, hanya Bermodal Kulit Petai

Tragedi Kanjuruhan yang terjadi seusai Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya itu menewaskan 131 orang.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebelumnya sempat menjelaskan, pihaknya telah menetapkan 6 orang sebagai tersangka Tragedi Kanjuruhan.

Mereka masing-masing Dirut LIB Akhmad Hadian Lukita, Ketua Panpel Abdul Harris, Security Officer Suko Sutrisno, Kabag Ops Polres Malang Wahyu SS, Brimbom Polda Jatim berinisial H, dan Kasat Samapta Polres Malang berinisial BSA.

Editor : Hery Prasetyo

Baca Lainnya