GRIDVIDEO - Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam mengatakan banyak ponsel yang diganti dalam proses penyelidikan kasus kematian Brigadi J.
Choirul Anam menceritakan tentang penelusuran terhadap jejak digital komunikasi Brigadir J dengan kekasihnya, Vera Simanjuntak.
Hasil penelusuran itu didapati ancaman pembunuhan dari Kuat Ma'ruf selaku ART Irjen Ferdy Sambo.
"Karena ini ada komunikasi dan sebagainya, kami minta ada rekaman jejak digital di situ yang kami tanyakan ke teman-teman timsus. Saya berkomunikasi dengan Pak Irwasum (Komjen Agung Budi Marwoto)," ujar Anam .
Dari ponsel-ponsel yang diminta, polisi memberikan materi mentah kepada Komnas HAM.
"Di situlah kami mendapat banyak hal, termasuk komunikasi dengan Vera, betul ada komunikasi (ancaman pembunuhan) seperti itu," kata Anam.
Selanjutnya Komnas HAM menelusuri lebih lanjut.
Sayangnya sudah banyak ponsel yang diganti.
Anam mengatakan salah satu yang ponselnya sudah doganti adalah ADC (ajudan).
Selain ponsel, reka jejak digital juga hilang.
"ADC (ajudan) ini ketika ditanya mana HP-nya dan sebagainya. Tetapi ponselnya seperti yang dijelaskan Pak Ketua, sudah banyak yang diganti," tutur Anam.
"Tidak hanya pergantian HP, tetapi juga rekam jejak digital hpnya juga enggak ada. Nah itu catatan kami. Nah itu berangkatnya dari komunikasi Yosua dan Vera."
Grup WhatsApp yang dulu sempat ada juga hilang.
Beberapa sumber jejak digital yang menurut Anam penting untuk dilacak disbut juga menghilang.
"Ada beberapa grup WA dalam catatan kami ada 3 grup WA. Yang itu dulunya pernah ada. Tapi enggak ada karena hpnya ganti. Terus ada, yang 10 ke bawah enggak ada lagi komunikasi dan sebagainya. Itu yang menurut kami jadi penting untuk dilacak," kata Anam.
Selain jejak digital, fisik ponsel pun tidak ada.
Bahkan ponsel Brigadir J belum ditemukan sampai sekarang.
"Yang kedua memang fisik hpnya juga hilang. Jadi fisik HP-nya ini tiba-tiba enggak ada. HP-nya Yosua sampai sekarang belum ketemu," ucap Anam.