Den Harin (Datasemen Harimau), Pasukan Elite Penjaga Terakhir Soekarno, Kopassus Kalah Jauh? Tapi Keberadaannya Misterius!

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 21:32

GRIDVIDEO.ID - Tak banyak orang yang tahu tentang pasukan bernama Datasemen Harimau atau Den Harin meski prajurit elite ini diketahui memiliki kemampuan yang luar biasa.

Bahkan Den Harin disebut-sebut lebih ditakuti dari pada pasukan elite TNI lainnya seperti Kopassus.

Lebih dari itu, disebut memiliki tugas yang cukup berat, salah satunya menjaga Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

Sejumlah kisah mengenai kehebatan Den Harin pun bisa menjadi bukti kuat bagaimana sepak terjang pasukan elite tersebut.

Seperti halnya saatSoekarnomengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, masyarakat yang berada jauh dari jakarta sepertirakyat Sulawesi Selatan terlambat mengetahui karena masih jarang yang memiliki radio.

Baca Juga: Lebih Parah Dari Perang Rusia Dan Ukraina, Dampak Ngeri Bila Militer China Serang Taiwan Ini Bisa Buat Dunia Ketakutan!

Namun kala itu pasukan NICA dan KNIL yang dibebaskan oleh Jepang dari tahanan memanfaatkan situasi minimnya informasi di Sulawesi Selatan itu untuk mengambil alih kekuasaan.

Pasukanbentukan Belanda ituyang dengan cepat melakukan konsolidasihingga membuat merekamemiliki pengaruh.

Hal itu tak lepas karena didukung persenjataan hasil rampasan dari pasukan Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu.

Tepat pada 24 September 1945, pasukan Sekutu (Australia-Belanda) mendarat di Makassar untuk melaksanakan misi pembebasan tawanan pasukan Belanda yang ditahan Jepang.

Pasukan Sekutu itu selain membawa pasukan Belanda juga membekali diri dengan “surat sakti”, yakni Perjanjian Postdam yang ditandatangani pada 26 Juli 1945.

Baca Juga: Indonesia Bisa Terlibat Bila Militer China dan Taiwan Benar-benar Perang Usai Taipei Lakukan Hal Ini!

Isi perjanjian Postdam itu menyatakan bahwa “wilayah yang diduduki musuh” (occupied area) harus dikembalikan kepada penguasa semula."

Jika isi perjanjian itu dikaitkan dengan Indonesia, berarti pasukan Jepang harus mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Singkat kata Belanda memang ingin menguasai Indonesia lagi dan menjadikan Makassar sebagai ibu kota Negara Indonesia Timurhingga menumbuhkan penentangan dari masyarakat yang ingin melawan.

Pasukan perlawanan yang saat itu berhasil dibentuk untuk mempertahankan kemerdekaan RI adalah Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris) yang memiliki anggota seperti Robert Wolter Monginsidi.

Karena perlawanan pasukan Lapris selalu berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda, kekuatannya menjadi terpecah-pecah.

Baca Juga: Latihan Militer China Makin Liar, Tokoh Rudal Taiwan Meninggal Dunia

HIngga di serangan militer Belanda pada 8 Agustus 1946, kubu pasukan Lapris yang berada di Gunung Ranaya berhasil dihancurkan dan para pejuang Lapris pun memilih turun gunung.

Mereka kemudian melanjutkan perlawanan melalui taktik peperangan secara gerilya yang dibantu oleh salah satu tokohnya yakni Maulwi Saelan dan kelak akan menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno.

Maulwi yang pada puncak kariernya berpangkat kolonel juga menjabat sebagai Wakil Komandan Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa.

Namun Maulwi dan rekan-rekannya mencari nama baru bagi pasukan gerilya tersebut hingga akhirnya memberi julukan sebagai Pasukan Harimau Indonesia karena sering menonton film yang ada binatang raja hutan tersebut.

Laskar Harimau Indonesia ini memang terkenal militan karena terdiri dari para pejuang kelompok pelajar SMP Nasional yang umumnya mahir berbahasa Belanda hingga diketahui pernah menyerang dan menduduki Hotel Empres pada 29 Oktober 1945 dari tangan NICA.

Baca Juga: Wilayah Taiwan Dibombardir Militer China Dengan Rudal dan Dikepung Jet Tempur, Nasib 300 Ribu WNI Jadi Tanda Tanya, Ini Jawabanya!

Komandan Pasukan Harimau Indonesia adalah Muhammad Syah, Wakil Komandan Robert Wolter Mongisidi, dan Maulwi Saelan sendiri menjabat sebagai Kepala Staf.

Seperti tertulis dalam buku "Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Seokarno," dalam strategi tempurnya Pasukan Harimau Indonesia memiliki taktik dan strategi tempur khusus.

Yakni menyerang dan merampas persenjataan pasukan Belanda dengan target individu atau kelompok kecil serdadu NICA, KNIL, polisi, kaki tangan Belanda, serta gudang amunisi.

Melansir dari Intisari Online, penggambaran Pasukan Harimau Indonesia ini bila dilihat jaman sekarang seperti pasukan khusus yang bertempur secara senyap, hingga mahir melakukan sabotase,menimbulkan ketakutan dan kepanikan pada lawan.

Singkat cerita Pasukan Harimau Indonesia yang dibentuk di Makassar pada era Perang Kemerdekaan ini sangat populer.

Baca Juga: Masyarakat Ibukota Taiwan Geger, Detik-detik Kenekatan Militer China Kirim 4 Rudal Melintas Taipei Jadi Sorotan!

Robert Wolter Mongisidi yang merupakan personel Pasukan Harimau yang paling ditakuti Belanda memang berhasil ditangkap dan kemudian dihukum mati pada 5 September 1949.

Ketika akan dieksekusi, Mongisidi menolak memakai penutup mata dan tetap meneriakkan “Merdeka!” sebelum peluru regu tembak menerjangnya.

Di era Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, sosok Mongisidi kembali populer setelah kisah perjuangannya dibuat film bertajuk Tapak-Tapak Kaki Wolter Mongisidi (1982).

Selain diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 1973, Mongisidi juga mendapatkan penghargaan tertinggi dari negara, yakni Bintang Mahaputra.

Nama Mongisidi pun diabadikan sebaga nama bandara, kapal perang, dan satuan militer (TNI).

ABRI (TNI) di era Orde Baru memiliki pasukan khusus yang dinamai Datasemen Harimau (Den Harin) yang bertugas mengawal presiden secara senyap.

Tapi keberadaan "pasukan super" yang dianggap jauh lebih hebat dari Kopassus ini masih gelap dan simpang siur karena tidak adanya bukti yang otentik.

Padahal sebagai satuan khusus yang dibentuk secara resmi oleh pemerintah, jika Den Harin memang ada pasti ada bukti dan dokumen otentiknya. (*)

Baca Juga: Militer China Arahkan Rudal ke Taiwan, Perang Dunia III Benar Dimulai? Begini Videonya!

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho