Keluarga Brigadir J Kecewa Bharada E Tetap Jadi Polisi

Kamis, 23 Februari 2023 | 18:08

GRIDVIDEO - Keputusan sidang etik Polri yang menetapkan Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E tetap menjadi polisi, membuat kecewa keluarga Brigadir J alias Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Sebab, bagaimanapun, Richard Eliezer adalah orang yang menembak Yosua hingga tewas, meski atas perintah mantan kadiv Propam Irjen (Pol) Ferdy Sambo.

Brigadir J alias Yosua Hutabarat tewas ditembak Richard Eliezer di Rumah Dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada 8 Juli 2022.

Penembakan itu atas perintah Ferdy Sambo yang mengaku marah karena Yosua dilaporkan memperkosa istrinya, Puteri Candrawathi.

REKOMENDASI VIDEO:

Dalam persidangan, Richard Eliezer yang menjadi justice collaborator dan mengaku semuanya, akhirnya hanya dijatuhi hukuman 1 tahun plus 6 bulan.

Sedangkan Ferdy Sambo dijatuhi hukuman mati dan istrinya Putri Candrawathi dikenai hukuman 20 tahun.

Sementara ajudan lain yang terlibat, Bripka Ricky Rizal dijatuhi hukuman 13 tahun penjara dan ART Kuat Ma'ruf dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.

Atas kasus itu, Richard Eliezer diperiksa dalam sidang etik Polri, Rabu (22/2/2023).

Putusannya adalah, ia tetap dipertahankan sebagai anggota Polri, namun terkena demosi selama 1 tahun.

Menanggapi putusan sidang etik itu, ayah Nofriansyah Yosua Hutabarat, Samuel Hutabarat, mengaku kecewa.

Ia mengatakan, pihak keluarga Brigadir J mendukung Richard Eliezer di persidangan karena mau menjadi justice collaborator dan mengungkap kematian Brigadir J.

REKOMENDASI VIDEO:

Namun, mereka tak mendukung Richard Eliezer tetap menjadi polisi, karena bagaimanapun ia telah menembak Brigadir J hingga tewas.

"Dia (Richard Eliezer) kami dukung karena sebagai justice collaborator. Kami ingin kasus pembunuhan anak kami terungkap. Kami dukung LPSK untuk melindungi, supaya kasus terungkap," kata Samuel Hutabarat kepada Kompas.com.

"(Tapi) bukan dukung (dia) diterima lagi sebagai anggota Polri," tegasnya.

Maka, ia sangat menyayangkan Polri tetap mempertahankan Richard Eliezer sebagai anggota Polri.

"Anak saya ditembak oleh dia (Richard Eliezer). Bilang alasannya diperintah. Jika diperintah, sebagai manusia dia tahu mana yang baik, bana buruknya. Dia bukan robot. Kecuali robot bisa disuruh-suruh apa pun oleh operatornya. Sudah menembak, diterima lagi jadi Polri. Kami kecewa," kata Samuel Hutabarat.

Samuel Hutabarat pun enggan berkomentar lebih jauh, karena merasa pendapatnya tak akan mengubah sesuatu.

"Sudah diputuskan bahwa dia tidak dipecat, ya mau ngomong apa lagi? Ya gitu, jadi percuma," ujarnya.

Tag

Editor : Hery Prasetyo