VIDEO VIRAL: Soal Larangan Keluar pada 21 Desember karena Solstis, BRIN Beri Penjelasan

Minggu, 18 Desember 2022 | 13:16

GRIDVIDEO - Media sosial ramai membicarakan larangan untuk keluar pada 21 Desember 2022 karena ada fenomena solstis.

Pada unggahan menganai larangan tersebut, pengunggah menerangkan tentang fenomena solstis.

Dia menuliskan jika solstis merupakan gerak semu tahunan matahari yang menjangkau kedudukan di atas garis balik selatan.

Terkait hal tersebut, Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberi penjelasan.

Peneliti BRIN Andi Pangerang mengatakan jika larangan keluar rumah saat peritiwa solstis tidaklah benar.

Fenomena tersebut tidak berkaitan dengan aktivitas apa pun yang berbahaya.

"Sebenarnya solstis sama sekali tidak berkaitan dengan aktivitas seismik atau kegempaan, solstik juga tidak berkaitan dengan aktivitas vulkanologi," tutur Andi.

Dia menjelaskan solstis terjadi karena sumbu rotasi bumi miring 23,5 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika atau poros kutub utara dan selatan langit.

Solstis terjadia dua kali dalam setahun, yaitu bulan Juni dan Desember.

Fenomena itu terjadi pada bulan Juni sebab kutub utara dan belahan Bumi utara condong ke arah Marahari.

Sementara pada bulan Desember belahan Bumi selatan dan kutub selatan condong ke Matahari.

Solstis menyebabkan matahari terbit dari arah tenggara dan terbenam di arah barat daya.

Tapi terbitnya matahari disesuaikan dengan lintang geografis masing-masing wilayah.

Kemudian Andi meluruskan bahwa solstis terjadi bukan pada 21 Desember melainkan 22 Desember 2022.

Menurut Andi, dampak langsung dari solstis adalah lamanya waktu siang dan malam.

Pada belahan bumi utara, akan mengalami siang lebih pendek dibanding malam.

Sementara di bagian selatan, siang akan lebih panjang daripada malam.

"Jadi panjang siang ini diukur dari waktu Matahari terbit hingga Matahari terbenam. Itu dihitung durasinya berapa, itulah yang menjadi panjang siang."

"Untuk di Indonesia sendiri saat solstis Desember di belahan Bumi bagian utara seperti di Sabang, Miangas, dan Tarakan, itu panjang siangnya hanya 11,5 jam."

"Sebaliknya di belahan bumi selatan, solstis Desember di belahan Bumi seLatan mengalami musim panas. Dan menjadi awal dari musim panas," kata Andi menjelaskan.

Tag

Editor : Rara A

Sumber Kompas.com