GRIDVIDEO - Tragedi Kanjuruhan berada di urutan kedua kerusuhan sepak bola yang memakan korban jiwa sepanjang sejarah, Sabtu (1/10/2022).
Kerusuhan yang bermula dari rasa kecewa suporter Arema FC itu, memakan korban meninggal mencapai seratur lebih.
Suporter yang Arema FC merasa kecewa karena timnya kalah dari Persebaya, merangsek ke lapangan untuk menyampaikan protes.
Banyaknya suporter yang masuk ke lapangan, membuat pihak keamananan menembakkan gas air mata di tengah lapangan dan ke arah tribun penonton.
Hal itu memicu rasa panik karena efek gas air mata yang membuat sesak napas juga mata menjadi perih.
Akibatnya, suporter berhamburan ingin ke luar stadion hingga menimbulkan kerusuhan yang menelan banyak korban.
Sementara itu, kerusuhan sepak bola dengan korban terbanyak juga disebabkan oleh penggunaan gas air mata.
Kericuhan tersebut terjadi pada pertandingan Peru melawan Argentina di Estadio Nacional, Lima, Peru 24 Mei 1964.
Peru yang awalnya ketinggalan 0-1 dari Argentina berhasil menyamakan kedudukan.
Sayangnya gol tersebut dianulir oleh wasit.
Keputusan tersebut pendukung Peru marah dan menyerbu ke lapangan.
Pihak keamanan lalu menembakkan gas air mata untuk mencegar lebih banyak suporter yang masuk ke lapangan.
Namun justru terjadi kepanikan akibat gas air mata.
Banyak penonton yang mengalami pendarahan internal atau sesak napas karena berdesak-desakan.
Kerusuhan tersebut berakhir dengan korban sejumlah 328 jiwa.
Jumlah tersebut belum menghitung kematian akibat tembakan.