GRIDVIDEO - Pertemuan Arema FC dengan Persebaya berakhir rusuh hingga menelan banyak korban jiwa di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Menyoroti kerusuhan tersebut Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, mengutarakan beberapa pelanggaran yang terjadi di laga Arema FC Vs Persebaya tersebut.
Menurut penuturan Akmal Marhali pelanggaran tidak hanya terjadi selama pertandingan dan setelahnya, namun juga sebelum laga Arema FC kontra Persebaya berlangsung.
Akmal menjelaskan bahwa pada pertandingan tersebut, pihak kepolisian telah meminta agar panitia pelaksana mencetak tikert sebanyak 25 ribu.
Kepolisian mengajukan permintaan tersebut karena tensi tinggi dari pertemuan Arema FC dan Persebaya.
Namun imbauan dari pihak kepolisian tersebut tidak diindahkan oleh panpel dengan mencetak 45 tibut tiket.
“Yang diizinkan 25 ribu tiket tapi kemudian yang dijual 45 ribu tiket. Itu secara nyata telah melanggar aturan,” tutur Akmal.
Selanjutnya penggunaan gas air mata oleh kepolisian untuk mencegah kerusuahan melanggar aturan FIFA.
FIFA membuat aturan bahwa senjata dan gas air mata tidak boleh digunakan untuk pengamanan pertandingan di lapangan sepak bola.
“Aturan FIFA itu di pasal 19 b disebutkan bahwa senjata dan gas air mata tidak boleh masuk ke dalam lapangan sepakbola untuk pengamanan pertandingan,” ujar Akmal.
Penggunaan gas air mata ini memperlihatkan tidak adanya kerjasama yang jelas dari PSSI dengan petugas keamanan.
Tidak ada SOP yang diberikan PSSI kepada polisi dalam mengamankan sebuah laga.
“Artinya ada pelanggaran di sini, tidak ada SOP yang diberikan antara PSSI saat kerjasama dengan polisi bahwa gas air mata itu berdasarkan aturan FIFA tidak boleh masuk ke dalam lapangan sepak bola,” kata Akmal.
Akmal juga mengatakan, banyaknya korban jiwa pada kerusuhan kali ini akibat dari penggunaan gas air mata.
Gas air mata menyebabkan sesak nafas, dan membuat orang menjadi panik, hingga berakhir semakin rusuh membuat banyak korban meninggal akibat terinjak.
“Kemudian inilah penyebab banyaknya korban meninggal karena situasi berdesak-desakan, sesak napas, dan sebagainya sehingga tidak bisa diantisipasi dengan baik yang pada akhirnya ini menjadi pemicu utama tumbal nyawa 127 (orang) di Stadion Kanjuruhan,” ucap Akmal.