BBM Naik, Sopir Bus Harus Nombok dan Tak Bawa Uang ke Rumah

Senin, 12 September 2022 | 14:00

Grid Video - Sopir dan Kondektur bus Mayasari 70A jurusan Tanah Abang-Cileungsi duduk di pinggir jalan Gatot Subroto, kawasan Semanggi, Jakarta Selatan.

Mereka ngetem selama 20 menit, menikmati kebiasaan baru setelah pandemi dan naiknya harga BBM.

Setelah pemerintah mengumumkan harga BBM naik, Wahyu (40) dan kawan-kawannya yang mengemudikan bus hanya bisa gigit jari.

Harga solar subsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Kenaikan harga sampai 32 persen itu begitu terasa karena dalam sehari, satu bus membutuhkan 105-140 liter solar.

”Satu PP (pulang pergi) bus ini butuh solar 35 liter. Kalau 3-4 kali PP hitung aja butuh berapa. Beli solar sehari biasanya Rp 600.000, jadi hampir Rp 800.000," kata Wahyu.

Baca Juga: 'Bukan Gue Mau Dia Mati', Maia Estianty Pasrah Irwan Mussry Meninggal Mendadak? Ini Sebabnya!

"Setoran ke kantor tetap sama, tapi BBM beli sendiri, otomatis uang makan keambil. Kita udah nombok duluan dari kemarin,” sambungnya.

Di sisi lain, Wahyu ragu perusahaan akan menaikan ongkos naik bus ke penumpang.

”Sekarang mau naikin tarif enggak bisa sembarangan, apalagi udah naik sejak korona. Sekarang Rp 20.000 per penumpang, sebelumnya Rp 15.000," kata dia. Pertimbangan untuk menaikkan ongkos juga riskan karena jumlah penumpang masih jauh berkurang.

Sebelum pandemi, bus mereka cepat terisi penumpang begitu sampai di sekitar kawasan perkantoran di Semanggi itu. Namun, dua tahun belakangan ini, mereka harus mengetem sampai hampir setengah jam. "Sekarang jalanin dulu ajalah. Kadang bisa bawa uang ke rumah kadang enggak, namanya kita nggak ada gaji harian, cuma ngandelin kelebihan setoran,” ujarnya.

Editor : Imadudin Adam

Sumber : GRID VIDEO

Baca Lainnya