Operasi Amputasi Tertua di Dunia Ternyata Terjadi di Indonesia 31.000 Tahun Lalu? Ini Buktinya!

Sabtu, 10 September 2022 | 05:35

GRIDVIDEO.ID - Operasi amputasi tertua di dunia ternyata dilakukan oleh manusia purba yang ada di Indonesia tepatnya di wilayah yang saat ini bernama Kalimantan Timur.

Kepastian terkati operasi amputasi tertua di dunia itu dibongkar oleh para peneliti yang menemukan kerangka manusia yang telah berusia 31.000 tahun.

Penemuan kerangka manusia yang alami operasi amputasi tertua di dunia tersebut berada di Gua Liang Tebo, Kalimantan Timur.

Penemuan terkait operasi amputasi tertua di dunia ini ditemukan di lokasi penemuan sejumlah lukisan purba paling awal di dunia.

Melansir dari Kompas.com, Dr Melandri Vlok, peneliti yang memeriksa kerangka manusia itu mengungkapkan operasi amputasi dilakukan di bagian kaki kiri.

Hasil analisis para arkeolog menunjukkan bahwa individu yang diamputasi tersebut dirawat oleh komunitasnya bertahun-tahun setelah operasi dilakukan.

Kini laporan terkait penemuan operasi amputasi tertua di dunia itu telah diterbitkan dalam jurnal Nature yang diindikasikan dilakukan saat usia manusia purba itu masih muda.

Selain itu diketahui bahwa pertumbuhan dan penyembuhan tulang kaki pascaoperasi menunjukkan bahwa orang itu telah hidup antara enam sampai sembilan tahun setelah amputasi.

Namun ternyata, orang tertua yang jalani operasi amputasi itumeninggal pada usia belasan tahun atau awal 20-an tahun.

Salah satu dari tiga peneliti yang menemukan dan melakukan ekskavasi, Dr Tim Maloney dari Universitas Griffith di Australia, mengatakan "gembira sekaligus sedih" untuk mengungkap interpretasi di balik temuan tulang-tulang purba tersebut.

"Kami dengan sangat hati-hati membersihkan endapan dan merekam bagian bawah dari kerangka ini. Kami melihat kaki kirinya tidak ada, tetapi juga terdapat pecahan tulang yang tersisa, yang tidak biasa," katanya kepada BBC News.

"Jadi kami antusias menyambut berbagai kemungkinan, termasuk operasi tubuh yang menyebabkan hal ini (kaki kiri tidak ada)."

Tim penggali kemudian meminta Dr Vlok dari Universitas Sydney untuk memeriksa tulang belulang tersebut.

"Dengan temuan seperti ini," katanya, "ada campuran antara senang dan sedih, karena hal ini terjadi pada seseorang. "Orang ini--seorang anak kecil--mengalami penderitaan luar biasa, bahkan jika itu terjadi 31.000 tahun lalu."

Dr Maloney menjelaskan bahwa lantaran hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda individu tersebut telah dirawat sampai pulih dan selama sisa hidupnya, para arkeolog meyakini bahwa ini adalah tindakan operasi amputasi, bukan hukuman atau ritual apa pun.

"Supaya mereka bisa tetap tinggal di daerah pegunungan ini, sangat mungkin komunitas mereka melakukan perawatan," jelasnya.

Arkeolog dari Universitas Durham, Prof Charlotte Robertson yang tidak terlibat dalam temuan ini tapi turut menyelisik laporan mereka, menilai penemuan ini telah mematahkan pandangan bahwa ilmu pengobatan dan pembedahan hanya baru-baru ini saja ditemukan dalam sejarah manusia.

BBC via Kompas

Pada tulang kaki kiri yang sudah sebagian tidak ada, terdapat bagian-bagian yang mengalami penyembuhan.

"Ini menunjukkan kepada kita bahwa merawat orang lain merupakan bagian dari manusia," katanya kepada BBC.

"Kita tidak bisa meremehkan nenek moyang kita."

Amputasi, menurutnya, memerlukan pengetahuan komprehensif tentang anatomi manusia, kebersihan pembedahan, serta keterampilan teknis.

"Pada masa sekarang, dalam konteks keilmuan Barat, Anda berpikir amputasi merupakan operasi yang sangat aman. Seseorang diberikan suntikan penghilang rasa sakit, prosedur steril dijalankan, pendarahan terkontrol, dan pengelolaan rasa sakit."

"Lalu, Anda punya bukti ini, 31.000 tahun yang lalu, seseorang melakukan amputasi, dan itu berhasil."

Dr Maloney dan rekan-rekannya sekarang sedang menyelidiki jenis batu yang digunakan sebagai alat amputasi saat itu.

(*)

BBC via Kompas

Gua Liang Tebo di Kalimantan Timur.

Baca Juga: Bisa Mengancam Nyawa Makhluk Hidup, Ternyata Sambaran Petir Punya Manfaat Bagi Kehidupan, Ini Buktinya!

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Baca Lainnya