Lebih Ditakuti daripada Kopassus, Inilah Pasukan Misterius Indonesia yang Beraksi dalam Senyap

Senin, 05 September 2022 | 06:00

GRIDVIDEO - Indonesia pernah memiliki pasukan khusus yang lebih ditakuti daripada Kopassus, karena terdiri dari pasukan polihan semua angkatan dan beraksi dalam senyap.

Pasukan ini bernama Den Harin atau Detasemen Harimau.

Keberadaannya juga masih musterius, bahkan menjadi simpang siur.

Pasukan khusus Den Harin ini bertugas mengawal presiden, tapi juga mengatasi setiap teror yang mengancam Indonesia.

Hingga kini tak ada dokumen yang menampakkan ujud pasukan Den Harin, namun pasukan ini dipercaya banyak pihak ada.

Bahkan, diyakini pula pasukan ini dibentuk pada tahun 1986 oleh LB Moerdani.

MIRIP PASUKAN HARIMAU INDONESIA

Kisah pembentukan pasukan ini terinspirasi oleh Pasukan Harimau Indonesia bentukan Maulwi Saelan pada masa awal kemerdekaan.

melansir Tribun Jambi, ternyata Proklamasi Kemerdekaan Ri yang dipacakan Soekarno-Hatta tidak didengar di Supawesi, karena jarang ada yang memiliki radio.

Situasi itu dimanfaatkan NICA dan KNIL yang sudah dibebaskan oleh Jepang, untuk mengambil alih kekuasaan.

NICA dan KNIL dengan cepat melakukan konsolidasi dan didukung persenhataan hasil rampasan dari Jepang.

Sementara itu, berbekal Perjanjian Posdam, pasukan Sekutu (Australia-Belanda) mendarat di Makassar untuk melakukan pembebasan tawanan Belanda yang ditahan Jepang pada 24 September 1946.

Isi Perjainjian Posdam yang ditandatanganu pada 26 Juli 1945 menyatakan, wilayah yang diduduki musuh (Jepang) harus dikembalikan kepada pengyasa semula (Belanda).

Berarti, pasukan Jepang harus mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Sementara, Indonesia sudah meproklamasikan kemerdekaan.

Sehingga, muncul konflik, apalagi Belanda memang ingin kembali menguasai Indonesia.

Lalu, Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris) dibentuk untuk melawan pasukan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.

Meski beberapa kali Lapris kalah, namun perjuangan mereka tak pernah menyerah,

Lalu, muncul tokoh bernama Maulwi Saelan yang menggalang perlawanan kepada Sekutu di Sulawesi.

Maulwi Saelan kemudian mencari nama baru pasukan gerilya itu yang merupakan pasukan khusus, yakni Pasukan Harimau Indonesia.

Laskar Harimau Ini terkenal sangat militan, pernah menyerang Hotel Empres pada 29 Oktober 1945 dari tangan NICA dan berhasil membebaskan para pejuang yang ditahan NICA.

Maulwi Saelan menjabat sebagai Kepala Staf, sedangkan Muhammad Syah menjabad komandan dan Walter Monginsidi menjadi wakil komandan.

Tertulis dalam buku Maulwi Saelan: Penjaga terakhir Soekarno, Pasukan Harimau memiliki taktik dan strategi khusus.

Mereka menyerang dan merampas persenjataan Belanda dengan target kelompok kecil serdadu NICA, KNIL, polisi, kaki tangan Belanda, dan gudang amunisi.

Pasukan Harimau Indonesia bertempur secara senyap, mahir melaksanakan sabotase, menimbulkan ketakutan dan kepanikan pasukan belanda, menghadang distribusi logistik, dan sebagainya.

DEN HARIN

Kepopuleran Pasukan Harimau Indonesia ini kemudian menjadi inspirasi dibentuknya pasukan khsusu yang beraksi secara senyap di era Orde Baru.

ABRI (TNI) memebtuk pasukan khusus itu dengan naman Datasemen Harimau (Den Harin) yang bertugas mengawal Presiden secara senyap.

Den Harin disebut-sebut hasil bentukan Jenderal LB Moerdani, dua tahun sebelum menjabat Panglima ABRI atau tahun 1986.

Den Harin menampung prajurit pilihan yang memiliki kemampuan lebih dari lingkungan Angaktan Darat, Angkatan Laut, Aangkatan Udara, dan POLRI.

Semuanya diseleksi secara ketat agar menghasilkan pasukan yang benar-benar mematikan.

Den Harin dipersiapkan untuk misi lapangan rahasia yang menuntut kemampuan bertarung tingkat tinggi yang tak dimiliki oleh semua pasukan TNI dan POLRI.

Misi utama dari Den Harin adalah melindungi NKRI secara menyeluruh tanpa terkecuali.

Jika ada isu serangan, tindakan makar, dan hal-hal negatif lainnya, Den Harin akan datang secara diam-diam dan meringkusnya.

Den Harin resmi dibubarkan pada tahun 1995.

Berarti, pasukan elite Den Harin ini mengabdi selama 9 tahun di Indonesia.

Pasukan elite yang penampakannya tetap menjadi misteri ini dianggap sudah purnatugas.

Tag

Editor : Hery Prasetyo