GRIDVIDEO - China sudah merebut supremasi militer Amerika Serikat (AS) di Indo-Pasific.
Sebelumnya, supremasi militer di wilayah ini dikuiasai oleh Amerika.
Namun, status itu sudah beralih ke China.
China yang sejak lama terus membangun kekuatan militernya, bukan lagi rising star dalam dunia militer.
Pusat Studi Amerika Serikat di Unitersitas Sydney, Australia menyimpulkan, China sudah menjadi raksasa militer di Indo-Pasifik.
"Amerika tak akan lama lagi bisa menikmati supremasi militer di Indo-Pasifik. Dan, kapasitasnya untuk menegakkan keseimbangan kekuatan yang menguntungkan semakin tidak pasti," demikian catatan Pusat Studi AS itu, seperti dimuat di BBC.com.
Memang, menurut beberapa indeks, persenjataan Amerika masih lebih unggul.
Namun, China memang bukan super power global seperti Amerika Serikat dan rasanya tak tertarik untuk menjadi super power seperti itu.
China juga tak tertarik menjadi polisi dunia seperti Amerika, kemudian menyebarkan nilai-nilai lewat film-film Holywood, kampanye demokrasi, juga makanan.
Bagi China yang penting adalah Asia, di halamannya sendiri.
CVhina tak memiliki sistem aliansi seperti Amerika, tapi fokus pada kedekatan.
Hal itu yang membuat China menjadi negara adidaya di Asia, merebut posisi Amerika yang sebelumnya begitu hegemonis terhadap wilayah ini.
Maka, ketika China merasa AS mulai mengusik Tawian dengan kehadiran Ketua DPR AS, Nancy pelosi, China dengan percaya diri bereaksi keras.
Bahkan, Presiden Xi Jinping dalam pembicaraan lewat telepon dengan presiden AS, Joe Biden, terang-terangan melancarkan ancaman.
"Siapa pun yang mengusik taiwan, berarti bermain api dan yang bermain api akan terbakar," kata Xi Jinping.
Tak hanya itu, tindakan nyata langsung dipertontonkan China terkait ketegangan soal Taiwan.
Saat Nancy Pelosi di Taiwan, China langsung mengirim 21 jet tempur untuk melakukan gertakan.
Kini, China menggelar latihan militer di Laut China yang dampaknya hanya 19 kilometer dari wilayah Taiwan.
China merasa tak punya beban mental, karena menganggap Taiwan adalah miliknya.
Namun, Taiwan merasa ingin merdeka dan AS berada di belakangnya.
China sudah memperhitungkan benar kemampuan Amerika, apalagi jika itu di wilayah Asia.
Bahkan, China lebih fokus dan terkonsentrasi di wilayah Asia, baik menyangkur radar, kemampuan balistik, dan kemampuan militer lain.
Mereka bahkan sudah memperhitungkan seberapa kuat kemampuan Amerika bermanuver di Indo-Pasifik.
Menurut studi dari Australia itu, sistem intervensi balasan China sudah mengalahkan kemampuan Amerika di Indo-Pasifik.
"Bahkan China bisa menggunakan kekuatan terbatas untuk meraih kemenangan fait-accompli sebelum Amerika bisa merespons," catat studi itu.
China sudah lebih siap mengkonsentrasikan kekuatannya di wilayah Laut Selatan, termasuk Taiwan, dan mereka tak ingin Amerika mengganggu wilayah itu.
"Amerika memiliki kekuatan atrofi yang tidak cukup siap, diperlengkapi atau diposisikan untuk persaingan kekuatan besar," tulis laporan itu.
Studi tersebut jyga memperingatkan, jika Amerika ngotot bertarung lawan China di Asia, maka "kemungkinan biayanya akan melampaui kapasitas anggarannya."
Nah, di sini uang berbicara banyak sebagai salah satu senjata besar.
Nah, China dampak lebih siap soal kekuatan uang dan pengaruhnya di dunia perdagangan.
Maka, jika Amerika ngotot meladeni China dalam isu Taiwan dan melakukan perang di Asia atau Indo-Pasifik, maka tak ubahnya terjun dalam jebakan neraka.