Grid Video – Drama korea atau drakor memang sudah menjamur di tanah air.
Banyak kalangan yang menyukai tontonan ini lantaran berbagai alasan seperti menyukai aktornya atau jalan cerita yang tak terlalu berbelit lantaran umumnya drama korea hanya berjumlah belasan episode saja.
Drakor berjudul Backstreet Rookie yang dibintangi Ji Chang Wook dan Kim Yoo Jung menuai kontroversi dan menerima ribuan keluhan dari masyarakat.
Baca Juga: Dinda Hauw Ternyata Pernah Tolak Lamaran Rey Mbayang, Belum Percaya Ta’Aruf
Drama ini menayangkan adegan berbau seksual dan juga menayangkan adegan yang tak semestinya.
Seperti contohnya ketika seorang siswa di bawah umur mendekati orang dewasa untuk merokok dan akhirnya menciumnya.
Ada pula adegan lain yang dikeluhkan seperti adegan siswa sekolah yang menari di karaoke atau adegan seorang pencipta webtoon yang tengah mandi dengan ruangan dipenuhi gambar wanita tak berbusana.
Baca Juga: Dilamar Cowok Berondong, Dinda Hauw Ungkap Alasannya Mantap Nikahi Rey Mbayang
Menurut laporan media setempat, drama ini telah menerima 6.384 keluhan dari penonton.
"Kalau dihitung tanpa membatasi jangka waktu, ini pasti menjadi salah satu jumlah pengaduan terbesar yang pernah diterima," kata juru bicara Komisi Standar Komunikasi Korea (KOCSC).
Heo Mi Sook, Subkomite KOCSC telah mengadakan pertemuan dengan tim produksi di Seoul pada 8 Juli.
Baca Juga: Ayu Ting Ting Pengin Operasi Plastik ke Korea Selatan, Vermak Bagian Dada?
Anggota komite mengkritik rating usia drama tersebut.
"Alasan mengapa ada begitu banyak keluhan sipil adalah Backstreet Rookie seharusnya diberi peringkat 19+."
"Tetapi mereka mencoba mengubahnya menjadi 15+. Namun, mereka ceroboh dalam hal mengedit. "
Baca Juga: Ayu Ting Ting Curhat Soal Enji, Nggak Pernah Nanyain Anak?
"Bahasa yang sangat sugestif secara seksual dan cabul digunakan tanpa pandang bulu."
"Meskipun ini adalah sebuah drama, kerugian etis dan emosional pada remaja cukup luar biasa," terang anggota komite Park Sang Soo.
Masyarakat setempat juga melaporkan bahwa drama ini dinilai mengobjektifikasi perempuan di bawah umur.
(*)