GRIDVIDEO.ID - Lembaga penelitian luar angkasa Amerika Serikat (NASA) kembali meluncurkan satelit baru untuk pantau perubahan iklim di Bumi.
Joint Polar Satellite System-2 (JPSS-2) milik Nasa diluncurkan ke luar angkasa pada Kamis (10/11/2022) kemarin.
Peluncuran satelit tersebut sebagai upaya NASA untuk melakukan pengamatan pada Bumi terkait ramalan dan pengawasan cuaca ekstrem.
Melansir dari The verge, Kamis (10/11/2022) satelit tersebut adalah bagian dari sistem pengamatan global.
Selain itu satelit tersebut merupakan produk kemitraan antara NASA dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Irene Parker yang menjabat sebagai Wakil Asisten administrator untuk sistem di Satelit, Data dan Layanan Lingkungan Nasional NOAA mengungkapkan bahwa perubahan iklim di bumi menjadi sangat ekstrem beberapa waktu terakhir.
Oleh karena itu untuk menanggulangi hal tersebut, NOAA dan NASA bekerja sama membangun satelit cuaca.
Baca Juga: Viral Video Gerhana Bulan Total yang Bisa Dilihat Malam Ini, 8 November 2022!
Satelit JSPP-2 ini menjadi hasil kerja sama terbaru antara NASA dan NOAA untuk bisa memantau cuaca di Bumi.
"Dari 2017 hingga September 2022, AS telah mengalami 104 bencana. Sebagai perbandingan, dari 1987 hingga 1991, hanya ada 15," ujar Irene Parker.
Peluncuran JPSS-2 ini dilaksanakan pada 10 November dini hari di atas roket United Launch Alliance Atlas V 401 dari Vandenberg Space Force Base di Califonia.
Dari atas kapal tersebut juga akan ada uji pelindung panas atau LOFTID yang dapat membantu mendaratkan muatan berat di Bumi.
Bahkan hal tersebut juga bisa dilakukan di planet lain seperti Mars.
Baca Juga: Ini Kandungan Buah Nanas yang Bisa Bantu Turunkan Berat Badan Secara Efektif!
Sedianya JPSS-2 akan bergabung dengan dua satelit lain dalam orbit kutub.
Hal itu berarti bahwa satelit ini mampu mengelilingi bumi dari kutub ke kutub dan berputar mengitari planet Bumi sebanyak dua kali sehari.
"Untuk memprediksi cuaca lokal, kita perlu mengamati cuaca dari perspektif global ini," kata Walsh.
Sementara untuk tugasnya sendiri, JPSS-2 akan melakukan pengukuran dengan empat instrumen.
Yakni termasuk Visible Infrared Imaging Radiometer Suite atau VIIRS yang bertindak sebagai mata satelit.
Baca Juga: Dimana Otak Einstein yang Diambil Setelah Sang Ilmuwan Meninggal?
Advaced Technology Microwave Sounder (ATMS) untuk mengamati awan dan melihat intensitas badai.
Dan Cross-track Infrared Sounder atau CrIS untuk menghasilkan tampilan 3D atmosfer dan Ozone Mapping and Porfiler Suite atau OMPS untuk mempelajari ozon di atmosfer.
Dari data-data ygn dihimpun oleh JPSS-2 tersebut akan membantu prakiraan cuaca terutama dengan memantau lautan Atlantik dan Pasifik.
"Data JPSS adalah masukan utama ke dalam sistem pemodelan prediksi cuaca numerik global AS dan internasional," ungkap Jordan Gerth, ahli meteorologi dan ilmuwan satelit di National Weather Service NOAA.
"Pengamatannya global, prediksinya lokal. Dengan JPSS, kualitas prakiraan lokal tiga hingga tujuh hari sangat luar biasa."
Namun demikian peluncuran JPSS-2 disebut Kalluri, ilmuwan Program JPSS NOAA bukanlah hanya untuk prakiraan cuaca saja.
Bahkan satelit JPSS-2 juga bisa membantu membaca data terkait iklim lain seperti kekeringan di Bumi.
"Satelit mengambil gambar Bumi dua kali sehari, dan dengan gambar-gambar ini, kita dapat melihat kondisi kekeringan, yang sangat penting untuk meramalkan produktivitas pangan," kata Kalluri.
(*)
Baca Juga: Waspada Gunakan Obat Penghilang Rasa Sakit Methylprednisolone! Bisa Berakibat Fatal!