"Nanti kalau sampai kajian-kajian ada timnya sendiri, kita hanya memberikan data-data dari hasil pemeriksaan korban di rumah sakit kami," ujarnya.
Sementara itu, salah satu korban selamat dalam tragedi itu, Riyan Dwi Cahyono (22) warga asal Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar memgalami patah tulang di bagian tangan kanan.
Hal itu disebakan karena jatuh saat penonton berdesakan keluar stadion, di tengah adanya tembakan gas air mata.
"Setelah jatuh, saya terinjak-injak supporter lain, sampai saya mengalami patah tulang. Saat itu, saya berada di tribun timur," katanya.
Pada pertandingan tersebut, Arema FC dipaksa takluk atas tamunya dengan skor tipis 3-2.
Kekalahan itu menyulut amarah suporter yang hadir di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Sebagian oknum suporter yang tidak terima nekat masuk ke lapangan dan merusak fasilitas stadion.
Keadaan semakin parah. Sebab, semakin banyak oknum suporter yang turun ke lapangan dan menyerang aparat keamanan.
Aparat keamanan berupaya untuk memberikan peringatan beberapa kali namun tidak dihiraukan.
Sehingga mereka mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata ke arah suporter.
Tembakan gas air mata itu justru malah memperkeruh situasi hingga mengakibatkan kepanikan.
Para suporter berlarian menghindari sampai terinjak-injak dan menumpuk di pintu keluar stadion.