Padahal sebelumnya diketahui putra Pangeran Charles, Pangeran William dan Kate sempat bersafari ke sejumlah negara seperti Belize, Jamaika dan Bahama pada Maret lalu.
Dalam safari putra Pangeran Charles itu muncul seruan agar Kerajaan Inggris membayar ganti rugi dan permintaan maaf atas perbudakan.
“Ketika peran monarki berubah, kami berharap ini bisa menjadi kesempatan untuk memajukan diskusi tentang ganti rugi untuk wilayah kami,” kata Niambi Hall-Campbell, seorang akademisi yang mengepalai Komite Reparasi Nasional Bahama, Kamis.
Baca Juga: 6 Topi Favorit Ratu Elizabeth II, Setia Dipakai Semasa Hidup dan Jadi Fashion Andalan
Meski menyatakan belasungkawa atas wafatnya Ratu Elizabeth II, Hall-Campbell juga menyoroti pernyatan Pangeran Charles tentang “kekejaman perbudakan yang mengerikan” dalam sebuah upacara tahun lalu.
Hal itu disebut sebagai tanda berakhirnya pendudukan Inggris ketika Barbados menjadi republik.
Selain itu, Pemerintah Jamaika mengumumkan rencana untuk meminta kompensasi kepada Inggris karena mengangkut secara paksa sekitar 600.000 orang Afrika untuk bekerja di perkebunan tebu dan pisang pada tahun lalu.
“Siapa pun yang akan mengambil alih posisi harus diminta untuk mengizinkan keluarga kerajaan membayar ganti rugi orang Afrika,” kata Sekretaris Jenderal Gerakan Karibia untuk Perdamaian dan Integrasi David Denny dari Barbados.
"Kita semua harus bekerja untuk menyingkirkan keluarga kerajaan sebagai kepala negara bangsa kita," sambugn Denny.
Bahkan setidaknya ada 56 persen orang Jamaika yang disurvei menginginkan penghapusan Raja Inggris sebagai kepala negara.
(*)